Cari di Website Ini

Selasa, 17 Mei 2016

Manfaat Drone di Kawasan Rawan Bencana Alam



KATHMANDU - Pesawat nirawak (drone) yang selama ini dianggap hanya berfungsi sebagai pengintai dan untuk melakukan serangan udara, ternyata dapat bermanfaat dalam kegiatan tanggap bencana alam. Hal ini dibuktikan pada beberapa kesempatan di Nepal.

Seperti diketahui, negara dekat Pegunungan Himalaya itu sering kali diguncang gempa bumi berkekuatan di atas 7 skala Richter (SR). Mengakibatkan jalanan rusak, bangunan-bangunan roboh ke tanah dan reruntuhannya berserakan menutup jalan. Bantuan makanan dan obat-obatan dan lokasi korban pun menjadi sulit untuk dipetakan.

Menyadari kondisi ini, sejumlah lembaga di Nepal memanfaatkan kendaraan udara tanpa awak (UAV) itu untuk misi pencarian dan penyelamatan, serta memeriksa sejumlah monumen, bangunan peninggalan kebudayaan dan rumah-rumah yang runtuh.

Badan Migrasi Internasional mencatat, penggunaan drone telah dimulai sejak 2012 untuk memeriksa kerusakan di Haiti pascagempa 2010.

Pesawat nirawak kemudian digunakan lagi di Filipina saat terjadi Angin Topan Haiyan pada 2013. Drone tersebut digunakan sebagai alat untuk usaha pembangunan kembali, dan saat ini diterbangkan lagi untuk mencari tahu lahan pertanian mana yang paling rawan terdampak bencana alam tersebut. Bahkan, dengan pesawat kecil tersebut, kamera dapat dipasang untuk menghitung dampaknya.

Pada 2014, Medecins Sans Frontieres (MSF) juga pernah menerbangkannya untuk mengantarkan sejumlah vaksin dan obat-obatan di Papua Nugini. Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencoba kegiatan serupa di Bhutan.

"Keuntungan dari drone adalah mereka murah, mudah dipergunakan dan orang-orang dapat diajari unutk mengoperasikannya dengan cepat. Jadi tidak perlu lagi bagi para pekerja bantuan untuk terjun ke lokasi kejadian dulu," kata Faine Greenwood, asisten peneliti drone dari Inisiatif Kemanusiaan Harvard.

Dengan adanya kemampuan untuk membuat peta tiga dimensi yang seringkali lebih rinci daripada citra satelit, drone dapat memberikan informasi berharga lebih cepat. Kecanggihan ini sangat bermanfaat bagi pemenuhan kepentingan mengirim bantuan untuk para korban selamat.

Namun begitu, para pakar industri memperingatkan, semakin canggih teknologi, semakin tidak terpakai lagi tenaga manusia. Dalam hal ini, kekhawatiran dalam bidang keamanan, etika dan hukum  juga meningkat. Contohnya di Nepal, sejumlah laporan media terkait drone yang terbang dekat instalasi keamanan menimbulkan kekhawatiran akan rekamannya yang dapat disalahgunakan.

Sejauh ini, Nepal belum memiliki peraturan terkait penggunaan drone saat adanya bencana alam. Sehingga kelegalan penggunaannya di ruang terbuka negara tersebut, baik untuk kepentingan tanggap bencana dan lainnya masih membingungkan.
Patrick Meier, pendiri jaringan UAV kemanusiaan (UAViators) mengusulkan, kebijakan pemanfaatan drone dibahas dalam Konferensi Kemanusiaan Dunia di Istanbul pada bulan ini. Sehingga ada kode etik yang jelas untuk dipatuhi secara global.

Sementara ini penggunaan drone terbatas untuk mengambil gambar dan rekaman serta memetakan wilayah yang terkena bencana atau konflik. Kemampuan mereka untuk mengantarkan persediaan ke wilayah yang sulit dijangkau saat ini sedang diuji di seluruh dunia.

Meskipun demikian, Greenwood yakin bahwa pengiriman dengan menggunakan drone masih membutuhkan waktu lebih lama.

"Teknologinya memungkinkan, namun saya merasa masih banyak manfaat menarik yang bisa diambil dari penggunaan drone," cetusnya.
  
Sumber: Okezone
JAKARTA- Pencarian korban bencana banjir Bandang di Sibolangit Sumatera Utara, terus dilakukan tim SAR Gabunga, hingga Senin (16/5/2016) pukul 17.45 Wib. Sekitar 300 personil Tim SAR gabungan 16 lembaga seperti BPBD Kabupaten Deli Serdang, BPBD Prov Sumut, TNI, Basarnas, mahasiswa, relawan dan masyarakat melakukan evakuasi dan pencarian korban. Proses evakuasi korban longsor dan banjir bandang di Desa Durin Sirugun, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deliserdang Provinsi Sumatera Utara masih terus dilakukan oleh tim SAR gabungan. Tercatat 15 orang meninggal dan sudah dievakuasi ditempatkan di posko dimana sebanyak 7 jenasah sudah dibawa ke RS Bhayangkara Polda Sumatera Utara.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho kepada GoSumut.com (GoNews Group) Senin (16/5/2016) malam, di Jakarta.
"300 personil gabungan saat ini masih mencari 4 orang korban, sebagian masih berusaha mengevakuasi 2 orang korban yang diperkirakan meninggal dunia karena tertimbun longsor," tukasnya.
Dengan demikian dari 78 orang yang terkena bencana ada 56 orang selamat, 1 orang luka sedang, 15 orang tewas, 2 orang sedang dievakuasi dan kemungkinan tewas, dan 4 orang hilang.
Longsor terjadi di kawasan wisata air terjun dua warna, Sibolangit, Sumatera Utara (Sumut) pada Minggu (15/5/2016) sore. Longsor tersebut terjadi setelah kawasan itu diguyur hujan lebat pegunungan seterusnya terjadi banjir bandang. 
Direktur Penanganan Pengungsi dan Tim Reaksi Cepat BNPB mendampingi BPBD dalam penanganan darurat. Deputi Penanganan Darurat, Tri Budiarto, telah memerintahkan Kepala BPBD Provinsi Sumatera Utara mendampingi BPBD Kab Deliserdang dalam penanganan darurat. Logistik dan peralatan di gudang BPBD agar digunakan untuk mendukung operasi Tim SAR.
Info lanjut hubungi: Saleh (Kepala BPBD Sumatera Utara  +62 813-3106-6873) dan Darwin (Plt Kepala BPBD Kab Deliserdang +62 812-6545-148).***
- See more at: http://www.gosumbar.com/berita/baca/2016/05/16/sutopo-purwo-nugroho-pencarian-korban-bencana-banjir-sibolangit-libatkan-300-personil#sthash.d6snTfuU.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar