Cari di Website Ini

Selasa, 07 Januari 2014

Masterplan Pengendalian Banjir Jakarta (2)

Sumber: Review Masterplan Pengendalian Banjir dan Drainase, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, 2009.

5. Konsep Pengendalian Banjir di DKI  Jakarta
Penanggulangan banjir dilakukan dengan kegiatan yang ditujukan untuk meringankan penderitaan akibat bencana. 

Masterplan Pengendalian Banjir Jakarta (1)

Sumber: Review Masterplan Pengendalian Banjir dan Drainase, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, 2009.

1. Umum

Pesatnya perkembangan kawasan perkotaan, selain memberikan dampak positif bagi perkembangan ekonomi, ternyata pada sisi lainnya dapat mengakibatkan timbulnya permasalahan lingkungan, apabila kegiatan pembangunan yang dilakukan tidak memperhitungkan faktor daya dukung lahan. Bencana banjir (flood) ataupun genangan air (inundation) merupakan salah satu contohnya.

Masterplan Pengendalian Banjir DKI Jakarta (3)

Sumber: Review Masterplan Pengendalian Banjir dan Drainase, Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, 2009.

5.4. Masterplan Pengendalian Banjir
5.4.1. Evaluasi Hasil Studi Alternatif Pengendalian Banjir
A. Kajian Sodetan Mookervart ke Laut (Cengkareng Drain 2)
Cengkareng Drain mendapat limpasan dari debit Kali Pesanggrahan dan Kali Angke. Kali Pesanggrahan memiliki hulu di daerah Bojong Gede (Bogor) dengan panjang saluran sekitar ± 76 km dan kali Angke dengan panjang ± 83 km. Luas DAS kali Angke di titik pertemuan dengan Cengkareng Drain adalah berkisar 107 km2.

Analisis Karakteristik Banjir di DKI Jakarta dan Alternatif Penanggulangannya


Oleh : NANA MULYANA, E061040082; nmulyana@telkom.net
Makalah Pribadi Pengantar Ke Falsafah Sains (PPS 702) Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor;  Dosen : Prof Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng, Ph D (Penangung jawab), Prof Dr. Ir. Zahrial Coto, Dr. Ir. Hardjanto, MS

I. PENDAHULUAN
Bencana banjir langganan yang hampir selalu terjadi terjadi pada akhir Januari dan awal Pebruari  di Jakarta merupakan indikator yang sangat nyata telah terjadinya kerusakan lingkungan.  Kegiatan dan aktivitas manusia yang bersifat mengubah pola tata guna lahan, atau pola  penutupan lahan dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat mempengaruhi besar–kecilnya  air yang dihasilkan dari DAS akibat suatu kejadian hujan. Pelanggaran terhadap Tata Ruang,  penegakan hukum yang lemah dan kerusakan hutan, yang terletak dihulu-hulu sungai secara  langsung merupakan indikasi penyebab terjadinya bencana yang terjadi dewasa ini.