Cari di Website Ini

Jumat, 28 Oktober 2011

Hari Ini Puncak Banjir di Bangkok

BANGKOK- Banjir di ibu kota Thailand akan mencapai puncaknya pada hari ini. Perkiraan itu diungkapkan otoritas Bangkok karena aliran air bah dari wilayah utara ibu kota akan bertemu dengan gelombang tinggi laut.


Karena itu Gubernur Bangkok Sukhumbhand Paribatra kemarin memerintahkan 13 distrik di sepanjang Sungai Chao Phraya untuk terus mengawasi kondisi air dan warga diminta mengungsi.

“Berdasarkan perkiraan hidrologi pada Jumat (28/10), ketinggian air di sungai Chao Phraya akan mencapai lebih dari 2,5 meter, sehingga air akan menggenangi beberapa daerah,” tutur Sukhumbhand pada The Nation.

Departemen Hidrologi Angkatan Laut Thailand mengeluarkan perkiraan harian yang menjelaskan sungai Chao Phraya mencapai ketinggian 2,57 meter pada Jumat pukul 8.03 dan mencapai 2,44 meter pada pukul 17.52 waktu setempat. Ketinggian air sungai akan bervariasi antara 2,60 hingga 2,65 meter sejak Sabtu (29/10) hingga Senin (31/10).

Gelombang tinggi laut akan meningkatkan ketinggian banjir mulai Sabtu (29/10) hingga Minggu (30/10). Lusa kemarin, ketinggian air Sungai Chao Phraya sudah mencapai 2,42 meter. Otoritas Bangkok telah melaksanakan evakuasi darurat di empat distrik, yakni Don Mueang, Sai Mai, Bang Phlat dan Thawee Wattana, khususnya daerah Thammasop.

Ketinggian banjir di Sai Mai sudah bertambah 15 centimeter dalam 24 jam terakhir. Banjir di Thawee Wattana bertambah tinggi 16 centimeter. Dinding penahan banjir di Thawee Watthana merupakan yang terlemah di dua kanal utama, Mahasawat dan Thawee Wattana, karena tidak memiliki tanggul permanen untuk menahan air bah. Di Bang Phlat, ketinggian air bervariasi dari 70 centimeter hingga satu meter. Karena banjir yang semakin tinggi, operasi pemulihan bencana di distrik Don Mueang dipindahkan ke Lak Si.

Menteri Transportasi Thailand Sukumpol Suwannatat menjelaskan, pemerintah sedang mempertimbangkan usulan dari kelompok insinyur yang dipimpin vice chairman Toyota Motor Thailand Ninnart Chaithirapinyo untuk membongkar beberapa bagian di lima jalan utama di Bangkok timur agar air lebih cepat mengalir ke laut melalui Samut Prakan.

“Jalan Pracha Ruamjai, Rat Uthit, Suwinthawong, Ruam Patthana dan Nimit Mai menghalangi aliran air dari wilayah utara menuju Teluk Thailand. Proposal kami mengusulkan agar 5-6 meter bagian jalan dipotong. Kami menggerakkan kontraktor swasta untuk membantu. Pemerintah akan memutuskan dan memperkirakan dampaknya bagi warga,” ujar Ninnart pada The Nation.

Menurut Ninnart, proposal ini diajukan karena ternyata memompa air tidak efisien. “Kami telah pergi ke lokasi pada Rabu (26/10) dan menemukan bahwa memompa air hanya efektif untuk 30% kapasitas air karena banjir terhalang oleh banyak jalan,” paparnya.

Setelah bertemu tim insinyur tersebut, Yingluck bertemu Menteri Transportasi Ukampol Suwannathat dan perwakilan dari berbagai otoritas terkait untuk membahas proposal tersebut. “Kita perlu melihat dengan detail apakah proposal itu dapat berfungsi menanggulangi banjir,” ujar Yingluck.

Sementara, eksodus warga Bangkok yang meninggalkan ibu kota mencapai puncaknya kemarin. Hampir semua penerbangan padat dan kemacetan lalu lintas terjadi di jalan-jalan keluar Bangkok menuju Pattaya, Hua Hin, Cha-am, dan Kanchanaburi. Lebih dari 1.000 jadwal perjalanan bus baru ditambah untuk memenuhi banyaknya penumpang yang harus diangkut.

Gelombang eksodus itu terjadi setelah pemerintah mengumumkan hari libur di 21 provinsi yang terkena banjir, pada 27 hingga 31 Oktober. Kemacetan lalu lintas tak terelakkan lagi karena total perjalanan bus mencapai 4.000 per hari dan akan mampu mendukung 200.000 penumpang.

“Banyak pengguna jalan mengalami keterlambatan perjalanan hingga lima jam akibat kemacetan lalu lintas dan jalanan banjir,” papar Presiden Transport Co Wutthichat Kalayanamit pada The Nation.

Sementara, di rumah sakit Yanhee, puluhan dokter dan perawat menumpuk karung-karung pasir untuk melindungi gedung tersebut dari banjir. “Semua orang bekerja untuk melindungi rumah sakit. Kami menggunakan truk-truk, sepeda motor dan perahu untuk membantu orang-orang. Kemarin, kami membawa seorang perempuan hamil ke sini menggunakan perahu untuk membawa bayi,” tutur Dr Supot Sumritvvanitcha, kepala rumah sakit.

Di provinsi Nonthaburi yang berbatasan dengan Bangkok, dinding karung pasir roboh karena tidak kuat menahan tekanan air bah. Polisi yang mengenakan sepatu slop mencoba mengarahkan lalu lintas menggunakan megaphone saat air bah mengalir deras dari dinding penahan banjir.

Data asuransi Thailand memperkirakan banjir itu mengakibatkan kerugian hingga USD4,5 miliar, termasuk kerusakan di tujuh kawasan industri. Sebanyak 80% kerugian itu ditanggung oleh penjamin asuransi Jepang.

Kementerian Pertahanan Thailand menyatakan 50.000 personil militer dikerahkan bersama 1.000 perahu dan 1.000 kendaraan untuk membantu mengevakuasi warga. Pusat krisis menyatakan, pusat-pusat evakuasi di delapan provinsi dapat menampung antara 100.000 dan 200.000 orang. (syarifudin)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar