Cari di Website Ini

Rabu, 22 Februari 2012

Memopulerkan System Dynamics dalam Penelitian Kebencanaan


Penggunaan system dynamics sebagai metodologi penelitian bencana masih jarang dilakukan. Selama ini system dynamics lebih kerap digunakan dalam penelitian bidang ekonomi dan lingkungan. Namun sebenarnya jika kita mau mengeksplorasi lebih lanjut, metode system dynamics sangat bagus untuk kajian kebencanaan di Indonesia.


Ada berbagai alasan mengapa system dynamics sangat bagus untuk penelitian kebencanaan. Pertama, Indonesia merupakan negara rawan bencana yang masih membutuhkan banyak pakar dan metodologi untuk melakukan kajian kebencanaan secara mendalam. Kedua, kelebihan pemodelan system dynamics untuk penelitian kebencanaan dapat digunakan untuk peramalan kebencanaan, mulai dari upaya mitigasi bencana, masa tanggap darurat, dan rekonstruksi serta rehabilitasi.

Peramalan kebencanaan memang sesuatu yang penting dilakukan saat ini. Memang kapan sebuah bencana akan terjadi tidak ada yang bisa memberi kepastian 100%, tapi setidaknya dengan mengetahui gejala dan faktor-faktor indikatornya, kita dapat mengurangi potensi kerusakan dan korban manusia akibat bencana tersebut. 

System Dynamics Sebagai Metodologi Penelitian

Apakah benar system dynamics dapat digolongkan sebagai metodologi penelitian? Pertanyaan ini sering muncul disaat beberapa orang rekan yang akan melakukan penulisan tesis dihadapkan pada suatu pertanyaan yang memang cukup pelik.

Disatu sisi mereka dihadapkan oleh kenyataan bahwa selama ini dalam penggunaan metode penelitian bidang ilmu sosial mereka dibatasi oleh semacam “aturan” hanya bisa menggunakan tiga pilihan yakni studi kasus, deskriptif survey dan eksplanatoris survey, sementara untuk eksperimen hanya untuk ilmu eksakta. Sedangkan di sisi lain mereka melihat adanya penggunaan metode lain yang menurut mereka telah keluar dari “aturan” yang telah ditetapkan itu. Untuk menjawab hal ini tentunya kita harus kembali kepada pengertian tentang metodologi penelitian.

Metodologi penelitian pada hakekatnya merupakan operasionalisasi dari epistemologi kearah pelaksanaan penelitian. Epistemologi memberi pemahaman tentang cara/teori menemukan atau menyusun pengetahuan dari idea, materi atau dari kedua-duanya serta merujuk pada penggunaan rasio, intuisi, fenomena atau dengan metode ilmiah­­ (Rusidi, 2004 :3).

Sehingga bagaimana menemukan atau menyusun pengetahuan memerlukan kajian atau pemahaman tentang metode-metode. Dalam pengertian ini perlu dibedakan antara metode dan teknik. Secara keilmuan, metode dapat diartikan sebagai cara berpikir, sedangkan teknik diartikan sebagai cara melaksanakan hasil berpikir. Jadi dengan demikian metodologi penelitian itu diartikan sebagai pemahaman metode-metode penelitian dan pemahaman teknik-teknik penelitian.

Makna penelitian secara sederhana ialah bagaimanakah mengetahui sesuatu yang dilakukan melalui cara tertentu dengan prosedur yang sistematis (Garna, 2000:1). Proses sistematis ini tidak lain adalah langkah-langkah metode ilmiah. Jadi pengertian dari metodologi penelitian itu dapat diartikan sebagai pengkajian atau pemahaman tentang cara berpikir dan cara melaksanakan hasil berpikir menurut langkah-langkah ilmiah.
Terhadap cara untuk mengetahui dan memahami sesuatu, Babbie (1992) berpendapat :” … science as a method of inquiry – away of learning and knowing things about the world around us “.

Dengan demikian untuk memahami dan mempelajari sesuatu yang terjadi di sekeliling kita akan terdapat banyak cara. Walaupun demikian ilmu tetap memiliki ciri tertentu, yang sesungguhnya ciri tersebut berada dalam berbagai aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Menurut Pierce (dalam Kerlinger, 1973) terdapat empat metode untuk memahami sesuatu (methods of knowing) yaitu : the method of tenacity (wahyu), the method of authority (otoritas), the a priory method (intuisi) dan the method of science (metode ilmiah). Penelitian termasuk ke dalam metode ilmiah, sebagai metode memahami yang paling baik guna memperoleh kebenaran ilmiah.

Lalu bagaimana dengan system dynamics ?, Richardson and Pugh III (1981) mengatakan : ” system dynamics is a methodology for understanding certain kinds of complex problems”. Yang dimaksud dengan metodologi di sini tidak lain adalah ilmu tentang cara menyangkut logika dalam penelitian ilmiah, yakni keseluruhan sistem, metode, peraturan dan hipotesa yang dipakai dalam memahami permasalahan yang kompleks. Metodologi system dynamics itu sendiri sejalan dengan konsep paradigma yang dipopulerkan oleh Thomas Kuhn dalam bukunya berjudul “ The Structure Of Scientific Revolutions “.

Paradigma secara umum diartikan sebagai model atau skema. Pemodelan dengan metodologi system dynamics ini makin berkembang pesat sejak diperkenalkan oleh Jay W. Forrester dalam bukunya “ Industrial Dynamics “. Model yang dibuat pada dasarnya merupakan hasil dari suatu upaya untuk membuat tiruan dari dunia nyatanya (Burger, 1966).

Untuk mewujudkan hal tersebut, suatu pemodelan haruslah memenuhi (sesuai dengan) metode ilmiah. Saeed (1984) telah melukiskan metode ilmiah ini berdasarkan kepada konsep penyangkalan (refutation) Popper (1969). Metode ini mensyaratkan bahwa suatu model haruslah mempunyai banyak titik kontak (points of contact) dengan kenyataan (reality) dan pembandingan yang berulang kali dengan dunia nyata (real world) melalui titik-titik kontak tersebut. Kemudian barulah model itu dapat dijadikan sebagai suatu dasar untuk memahami dunia nyata dan untuk merancang kebijakan-kebijakan yang dapat mengubah dunia nyata tersebut.



A. System Dynamics Sebagai Strategi Penelitian
Walaupun penerapannya tergolong baru sebagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial khususnya ilmu pemerintahan, namun penggunaan metodologi system dynamics ini sudah menunjukkan peningkatan terutama dikalangan mahasiswa Pascasarjana Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN). Di samping itu, penggunaan metodologi ini pun telah lama dikenal pada Program Pascasarjana Studi Pembangunan Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Indonesia (UI) dan Lembaga Administrasi Negara (LAN-RI).

Secara umum, system dynamics merupakan strategi yang cocok untuk menjawab pertanyaan penelitian ”how” dan ”why”, dimana pertanyaan ini dijawab dengan pendekatan struktural. Secara garis besar pendekatan metodologis yang digunakan dalam suatu karya ilmiah dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu : pendekatan kotak hitam (black box) dan pendekatan struktural.

Pendekatan yang pertama didasarkan pada syarat ketersediaan data sehingga jika tidak tersedia maka pendekatan ini pun tidak dapat digunakan. Secara implisit pendekatan kotak hitam mengkaji suatu fenomena menurut cara berpikir satu arah (sebab terhadap akibat). Walaupun banyak digunakan, pendekatan ini memiliki kelemahan yang mendasar yaitu tidak mampu menjawab pertanyaan ‘’mengapa‘’ suatu fenomena terjadi dan ‘’bagaimana’’ perilaku fenomena tersebut.

Emil Salim dalam Koran kompas tanggal 12 Januari 1998 mengatakan bahwa: “Pendekatan statistik dan medis untuk melihat aspek kelahiran, kematian, migrasi, urbanisasi, dan pekerjaan dalam masalah kependudukan, sudah sepatutnya tidak dianut lagi. Karena semua itu tak mampu menjelaskan permasalahan yang akan muncul, tak bisa menemukan upaya pemecahan yang tepat, dan mengabaikan sifat dinamis dari manusia, maupun masyarakat. Pernyataan bahwa tingkat urbanisasi tahun 1980 mencapai angka 22 persen, artinya 22 orang dari 100 berdiam di perkotaan, dan akan mencapai 33 persen pada tahun 2000, dinilai tidak cukup kalau tidak diikuti dengan penjelasan mengapa dan bagaimana bisa mencapai angka itu, serta akibat apa yang akan muncul. Begitu pula… “ (Kompas, 12 Januari 1998).

Sedangkan pendekatan kedua yaitu pendekatan struktural, fokus studi penelitian tidak pada data melainkan pada struktur fenomena dan perilakunya. Pendekatan ini didasarkan pada paradigma system thinking.
Dalam pendekatan system thinking dikenal adanya suatu paradigma yang menyatakan bahwa suatu perubahan (perilaku atau dinamika) dimunculkan oleh suatu struktur (unsur-unsur pembentuk yang saling-bergantung, interdependent).

Untuk fenomena sosial strukturnya akan terdiri atas struktur fisik dan struktur pembuatan keputusan (oleh aktor-aktor dalam sistem) yang saling berinteraksi. Struktur fisik dibentuk oleh akumulasi (stok) dan jaringan aliran orang, barang, energi, dan bahan. Sedangkan struktur pembuatan keputusan dibentuk oleh akumulasi dan jaringan aliran informasi yang digunakan oleh aktor-aktor (manusia) dalam sistem yang menggambarkan kaidah-kaidah proses pembuatan keputusannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar